Best Practice: Community Based Tourism Enterprise

Best Practice: Community Based Tourism Enterprise

03 Dec 19 Tim AKM Simpan PDF

Yogyakarta, 24 Oktober 2019 – Melanjutkan acara rutin ‘Sharing Session’, AKM mengadakan sesi dengan tema ‘Community Based Tourism Enterprise’, pada Kamis (24/10) di Digilib Café Fisipol UGM. Acara tersebut mengundang pembicara Indra Wardhani yang merupakan Project Leader Pilar Indonesia, sekaligus Australia Alumni di Sustainaible Tourism Griffith University, 2015 dan dimoderator oleh  Ulul Azmi Aziz (Talent Engagement Creative Hub). Terdapat lebih dari 50 orang datang dari berbagai elemen seperti mahasiswa dan komunitas yang hadir meramaikan Sharing Session.

Pilar Indonesia

Pilar Indonesia merupakan Social Enterprise yang memberdayakan masyarakat melalui Ecotourim. Bagi mereka, aktivitas wisata sudah seharusnya memuliakan alam, bukan sebaliknya. Organisasi ini didirikan pada 30 Januari 2018 dan menjadi salah satu konsultan manajemen pariwisata di Lombok untuk menciptakan dan mengelola destinasi. Organisasi yang baru lahir, Pilar Indonesia yang berfokus pada pariwisata keberlanjutan pun mampu bersaing dengan organisasi lain melalui prestasinya. Pilar Indonesia berhasil membangun destinasi wisata di Desa Lantan, Lombok, NTB. Indra selaku Project Leader Pilar Indonesia dan Ekowisata Lantan mengatakan, Pilar Indonesia bersama Lantan berhasil membuat Projek Ekowosata Lantan dan projek tersebut berhasil memenangkan Alumni Scheme Program (AGS) putaran 1 – 2018. AGS didanai oleh Pemerintah Australia dan dikelola oleh Australia Award di Indonesia.

Indra menjelaskan awal mula ia bergelut pada bidang pariwisata. Pada awal pemikiran ringan Indra yang ingin belajar, bekerja, dan berlibur secara bersamaan, maka bergelut pada ekonomi pariwisata menjadi jawabannya. Bersekolah dibidang Sustainaible Tourism di Griffith University pada tahun 2015, dan akhirnya pada tahun 2018 membangun Pilar Indonesia sebagai organisasi konseling destinasi pariwisata berbasis pariwisata keberlanjutan.

Lantan, Pilar Indonesia, dan Ekowisata Keberlanjutan

Saat membahas ekowisata berbasis masyarakat di Desa Lantan, Indra masuk dengan kondisi Lombok yang memiliki banyak potensi alam untuk menjadi destinasi wisata. Lombok sebagai pulau yang menawarkan keindahan alam yang mempesona dari siapapun yang mengunjunginya. Lantan adalah projek pertama yang dilakukan oleh Pilar Indonesia. Desa Lantan adalah desa hijau indah yang terletak di lereng Gunung Rinjani, sebagian besar lahan diisi oleh hutan dan sawah. Desa Lantan memiliki kekayaan dan keindahan alam yang melimpah, salah satunya 9 air terjun. Hal tersebut yang membuat Desa Lantan mendapat julukannya sebagai The Voice of Waterfall.

Destinasi wisata Lantan berbeda dari destinasi wisata alam lainnya. Desa Lantan mengangkat konsep ekowisata keberlanjutan dalam keberlangsungan destinasi wisata. Ekowisata keberlanjutan merupakan konsep yang bertujuan mengeksplore sekaligus melestarikan alam dan kehidupan yang baik di dalam maupun di sekitar masyarakat. Selain unutk meningkatkan ekonomi lokal yang mandiri, projek ini berusaha justru melestarikan alam dan budaya yang ada di Desa Lantan melalui ekowisata keberlanjutan.

Selama proses diskusi di acara Sharing Session, peserta sangat antusias dalam acara. Peserta diskusi pun tertarik dengan bagaimana Pilar Indonesia membangun jejaring dan organisasi lokal di Desa Lantan. Membahas proses negosiasi antara Pilar Indonesia , Desa Lantan, Pemerintah. Dalam pembangunan Desa Lantan, Indra mengatakan bahwa tidak semudah datang ke lokasi lalu ekowisata hadir dan berjalan. Butuhnya proses riset, pendekatan personal, membamgun kelompok lokal untuk pengelolaan, dan pemetaan potensi yang ada di Desa Lantan. Membangun jejaring kepada jajaran pemerintah menjadi hal yang penting bagi daerah yang ingin berkembang, khususnya dalam bidang pariwisata.

Ekowisata Keberlanjutan dan Masyarakat Lokal

Isu ekowisata keberlanjutan menjadi menarik bagi Pilar Indonesia. Alam menjadi poin utama dalam ekonomi pariwisata ini. Bagaimana masyarakat setempat bergantung pada alam, tidak untuk merusak namun dengan menggali potensi dan tetap menjaganya. Berkembangnya ekowisata keberlanjutan pun justru mengembangkan kesadaran masyarakat untuk lebih menjaga alam yang mereka miliki. Menumbuhkan rasa keterbutuhan akan alam, sehingga kepentingan untuk menjaga alam menjadi prioritas bagi masyarakat.

Related Opinion

Hubungi Kami