Di Indonesia, istilah kewirausahaan sosial pertama kali diperkenalkan oleh Ashoka Indonesia pada tahun 1983 (Idris & Hati, 2013). Ashoka Indonesia merupakan sebuah organisasi Internasional yang berfokus pada upaya peningkatan sektor kewirausahaan sosial. Pada dasarnya, kewirausahaan sosial merupakan hasil pengembangan dari konsep kewirausahaan yang berada pada ranah ilmu ekonomi. Namun yang membedakannya ialah bahwa kewirausahaan dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan untuk dirinya sendiri, sedangkan kewirausahaan sosial memasukkan unsur kepedulian atau misi sosial di dalam perolehan keuntungan tersebut. Sederhananya, orang atau sekelompok orang yang menjalankan kewirausahaan sosial, ia atau mereka tidak hanya berorientasi pada keuntungan ekonomi saja, melainkan juga berorientasi pada tujuan sosial yang ada.

Setelah kawan desa mempelajari materi terkait apa itu masalah, potensi, dan peluang, maka pada pembahasan ini akan dijelaskan mengenai pentingnya mengubah kesadaran masyarakat yang berangkat dari kasus Desa Wisata “Lingkungan” di Sukunan. Sebenarnya materi ini juga tidak hanya diperuntukkan bagi kawan desa yang ingin membangun desa wisata melalui pemanfaatan sampah, melainkan juga bisa diterapkan di bidang lainnya. Sekali lagi, materi yang disampaikan di sini hanyalah sebagai bentuk refleksi kami dari bagaimana Sukunan yang telah berhasil mengubah wilayahnya menjadi sehat dan bersih serta sukses menjadi best practice yang telah dicontoh oleh banyak wilayah lainnya. Untuk itu mari kita pelajari dan diskusikan bersama dengan menyimak ulasan pada materi berikut ini.

Pembahasan ini dapat dikatakan sebagai materi lanjutan dari pentingnya mengubah kesadaran masyarakat untuk melakukan perubahan sosial yang telah dibahas pada materi sebelumnya. Setelah masyarakat tersadarkan akan pentingnya keterlibatan mereka di dalam proses perubahan, maka langkah selanjutnya ialah melakukan suatu gerakan bersama demi terciptanya perubahan tersebut. Kesadaran tanpa tindakan juga tidaklah berarti apa-apa. Untuk itulah kemudian materi ini menjadi penting bagi kawan desa ketika kamu akan menginisiasi perubahan bersama masyarakat. Oleh sebab itu, mari kita bahas materi tentang perlunya gerakan perubahan tersebut dengan mengikuti ulasan berikut ini!

Setelah sebelumnya dibahas mengenai perlunya suatu gerakan perubahan, maka materi ini akan lebih menjelaskan terkait hal-hal penting apa sajakah yang sekiranya harus diperhatikan ketika Kawan Desa ingin menginisiasi suatu gerakan perubahan. Hal-hal penting tersebut sebenarnya cenderung lebih ke pembahasan terkait bagaimana cara yang dapat dilakukan oleh Kawan Desa untuk lebih dekat dengan masyarakat. Untuk itulah materi ini akan membahas perihal proses membaur dengan masyarakat. Sehingga nantinya dapat lebih memudahkan kawan desa ketika akan membuat suatu gerakan perubahan. Mari kita simak penjelasannya berikut ini!

Setelah kawan desa mempelajari terkait perlunya membaur dengan masyarakat ketika ingin menginisiasi suatu gerakan perubahan, maka materi ini merupakan kelanjutannya yang akan membahas mengenai pentingnya pengorganisasian masyarakat dalam hal mewujudkan suatu gerakan perubahan. Materi ini akan menjadi sangat penting bagi kawan desa oleh karena dapat dijadikan dasar untuk menginisiasi suatu gerakan perubahan yang melibatkan seluruh unsur masyarakat yang ada. Untuk itu, mari kita bahas materi ini dengan mengikuti ulasan-ulasan berikut ini.

Setelah sebelumnya kawan desa mempelajari terkait pentingnya pengorganisasian masyarakat dalam hal mewujudkan suatu gerakan perubahan, maka materi ini akan membahas mengenai perlunya membangun norma sosial di masyarakat yang dapat mendorong gerakan perubahan itu sendiri. Materi ini akan menjadi sangat penting bagi kawan desa oleh karena dapat dijadikan sebagai dasar panduan dan “pagar pembatas” bagi masyarakat agar ikut serta dalam proses perubahan tersebut. Untuk itu, mari kita bahas materi ini dengan mengikuti ulasan-ulasan berikutnya.

Masih ingatkah kamu dengan pembahasan pada materi sebelumnya? Ada berapa faktorkah yang menentukan perubahan perilaku masyarakat? Nah kalau di materi sebelumnya dibahas mengenai faktor pendorong dari perubahan perilaku masyarakat, maka materi ini akan lebih merincikan bahasannya pada faktor-faktor utama yang membentuknya. Faktor utama yang dimaksud adalah predisporing factors, yakni hal-hal yang berkaitan dengan perilaku masyarakat yang berangkat dari pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang ada di masyarakat (Green, 1990). Untuk memaksimalkan faktor utama ini, maka kiranya dibutuhkan suatu kegiatan yang ditujukan untuk mengedukasi masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, materi ini akan membahas perlunya edukasi untuk masyarakat terutama dalam hal mengelola sampah. Mari kita ikuti ulasan-ulasan materi di bawah ini.

Setelah kawan desa mempelajari terkait perlunya edukasi dalam mengelola dan memanfaatkan sampah, maka materi ini akan memberikan penjelasan mengenai bagaimana cara yang tepat untuk menjaga keberlanjutannya. Materi ini akan menjadi sangat penting bagi kawan desa oleh karena dapat dijadikan dasar panduan untuk menjaga keberlanjutan gerakan perubahan itu sendiri. Oleh karena itu, mari kita bahas materi ini dengan cara tetap mengikuti ulasan-ulasan berikut ini.