Prinsip-prinsip Pemetaan Sosial

Ketika kawan desa melakukan pemetaan sosial tentunya juga berharap mendapatkan hasil yang valid, bukan? Untuk itu kamu perlu memperhatikan beberapa prinsip penting agar studi pemetaan sosial yang kamu lakukan mampu menggambarkan kondisi yang sebenarnya. Masih sama dengan materi sebelumnya, prinsip-prinsip pelaksanaan pemetaan sosial yang dijelaskan di sini juga tetap berangkat dari pembahasan mengenai metode PRA. Berikut ini adalah prinsip-prinsip yang perlu kawan desa perhatikan ketika menggunakan metode PRA dalam studi pemetaan sosialnya (diolah dari Chambers & Conway, 1992):

1. Pembelajaran secara timbal balik.

Kegiatan PRA harus terdapat proses pembelajaran secara langsung kepada masyarakat lokal, seperti datang dan melihat langsung lokasi serta berhadapan secara langsung secara fisik dengan masyarakat setempat. Selain menambah pengetahuan teknis, prinsip ini memungkinkan kawan desa untuk memahami secara mendalam mengenai kondisi sosial masyarakat setempat.

2. Belajar secara cepat dan progresif.

Pelaksanaan studi harus benar-benar mengeksplor sebanyak-banyaknya informasi di lapangan. Sehingga dibutuhkan improvisasi dan fleksibilitas dari kawan desa dengan menyesuaikan situasi dan kondisi masyarakat ketika studi tersebut sedang dilaksanakan. Prinsip ini bertujuan untuk semakin mendekatkan hasil studi pada apa yang sebenarnya atau senyatanya ada di masyarakat setempat.  

3. Mengimbangi bias.

Pengumpulan informasi tidak hanya berasal dari elit lokal, tetapi juga dari berbagai kelompok miskin dan rentan. Hal ini bertujuan untuk menghindari bias politis yang mungkin muncul apabila hanya mengumpulkan informasi dari elit lokal saja.

4. Triangulasi.

Penggunaan beberapa metode untuk melakukan konfirmasi data, bisa pula lebih dari tiga jenis sumber informasi sebagai perbandingan. Hal ini bertujuan agar hasil yang didapatkan dapat sedekat mungkin dengan kebenaran pada kondisi yang senyatanya di lokasi atau tempat yang menjadi objek studi.

5. Menemukan keragaman.

Informasi yang kaya akan didapatkan dengan sumber informasi yang banyak dan beragam. Sehingga harapannya dapat menemukan informasi yang tepat dan juga bisa mendukung pengembangan masyarakat, bukan hanya segelintir orang.

6. Memfasilitasi.

Proses PRA diharuskan melibatkan masyarakat lokal, mulai dari proses pengumpulan data, analisis, hingga pemaparan hasil studi. Hal ini bertujuan agar masyarakat dapat secara langsung belajar dan merefleksikan dirinya atas kondisinya saat ini.

7. Terbuka terhadap kritik dan tanggung jawab.

Inisiator kewirausahaan sosial dapat menjadi fasilitator dalam proses pengumpulan data. Dalam prosesnya, fasilitator harus terus melakukan evaluasi dan perbaikan. Tujuannya agar data yang terkumpul dapat mewakili kondisi yang sebenarnya terjadi.

8. Berbagi informasi dan ide.

Setiap orang memiliki pengalamannya masing-masing. Oleh karena itu, setiap pihak (elite lokal, fasilitator, kelompok rentan, dan lainnya) dapat berbagi pengalaman dan idenya mengenai hal-hal apa sajakah yang bisa dikembangkan di lingkungan sekitarnya.

Sebelum materi ini berakhir, silahkan kawan desa diskusikan dalam kolom komentar di bawah ini mengenai bagaimana cara yang kamu lakukan di dalam proses penilaian dan observasi Kawan Desa menggunakan metode PRA. Pada materi berikutnya akan dijelaskan mengenai hal-hal teknis ketika menggunakan metode PRA dalam mengidentifikasi potensi sosial, SDM, SDA, infrastruktur, ekonomi, dan budaya yang ada di lokasi bisnis sosial Kawan Desa. Sampai jumpa kembali pada materi selanjutnya!

Hubungi Kami