Sebelum kita masuk ke pembahasan desa wisata, akan lebih baik jika kita memulainya dari penjelasan mengenai pariwisata. Pariwisata adalah suatu kegiatan yang memiliki dampak dinamis yang luas, di mana berbagai jenis usaha dapat tercipta melalui kegiatan pariwisata tersebut (Soekarya, 2011). Komponen utama dari pariwisata ini adalah potensi daya tarik wisata, yang juga didukung oleh komponen-komponen lainnya, seperti: transportasi, akomodasi, restoran, atraksi budaya, cinderamata, dan lain sebagainya. Komponen-komponen itu sebenarnya dimaksudkan untuk menyediakan fasilitas dan layanan secara langsung untuk memenuhi kebutuhan para wisatawan yang berkunjung ke suatu objek destinasi wisata.

Dalam hal potensi daya tarik wisata, baik itu yang bernuansa alam maupun budaya, pada umumnya berada di pedesaan. Mengapa demikian? Karena di pedesaan, keindahan alam dan kelestarian budaya masih cukup terjaga dengan baik. Tapi yang menjadi persoalan adalah bagaimana agar masyarakat pedesaaan yang di wilayahnya terdapat potensi daya tarik wisata dapat menerima manfaat sebesar-besarnya dari keberadaan potensi tersebut? Jawabannya ialah dengan menjadikan wilayah tersebut sebagai desa wisata. 

Desa wisata merupakan suatu kawasan pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaan, baik dari kehidupan sosial-ekonomi, sosial-budaya, adat-istiadat, keseharian, memiliki arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas, atau kegiatan perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai potensi untuk dikembangkannya berbagai komponen kepariwisataan, misalnya atraksi, akomodasi, kuliner, dan kebutuhan wisata lainnya.

Sehingga harapannya, para perintis desa wisata dapat mengubah potensi yang ada menjadi suatu daya tarik wisata yang mampu mendatangkan para wisatawan. Apabila strategi pembangunan desa wisata itu berhasil, maka kedatangan wisatawan ke wilayah tersebut juga dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat setempat berupa peluang usaha dan membuka lapangan kerja baru. Mengingat wisatawan dalam kegiatan wisatanya juga membutuhkan berbagai kebutuhan, baik barang maupun jasa. Hal inilah yang kemudian dapat menjadi peluang bagi masyarakat untuk bisa mendapat penghasilan dari sektor pariwisata. 

Tapi bagaimana dengan budaya dan lingkungan alam yang menjadi daya tarik wisata tersebut? Bukankah dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung akan menyebabkan budaya tersebut jadi luntur dan keasrian alamnya juga rusak? Pertanyaan-pertanyaan itu memang wajar untuk ditanyakan karena memang biasa terjadi di beberapa objek wisata. Namun dalam konteks desa wisata, apabila wisatanya dikelola dengan baik dan dengan segenap kekuatan dari seluruh masyarakat setempat, maka budaya itu akan semakin menguat dan juga lingkungan alam yang semakin asri. 

Mengapa demikian? Berdasarkan pengalaman-pengalaman dari desa wisata yang telah lebih dahulu berdiri (seperti di desa wisata Nglanggeran, Yogyakarta), masyarakat telah merasakan manfaat dari kunjungan wisatawan ke daerahnya, sehingga mereka menetapkan budaya dan keindahan alamnya sebagai aset ekonomi. Hal ini dikarenakan apabila lingkungan alam dan budayanya rusak, tentu wilayahnya tidak akan lagi diminati oleh wisatawan. Oleh sebab itu masyarakat akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga kelestarian budaya dan lingkungan alamnya (bahkan meningkatkan kualitasnya) dengan cara mengelolanya secara baik melalui suatu lembaga pengelola wisata (biasanya dikelola oleh kelompok sadar wisata). 

Nglanggeran merupakan desa yang secara administratif terletak di Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Terdapat potensi pariwisata di Desa Nglanggeran yaitu adanya Gunung Nglanggeran dan kini lebih dikenal dengan sebutan Gunung Api Purba. Selain keindahan alamnya, Gunung Nglanggeran juga merupakan termasuk salah satu warisan dunia. Berdasarkan sejarah geologinya, Gunung Nglanggeran merupakan gunung api purba yang berumur sekitar 0,6 –70 juta tahun yang lalu (Pokdarwis Nglanggeran, 2016). Material batuan penyusun Gunung Nglanggeran merupakan endapan vulkanik tua berjenis andesit.

Selain potensi gunung api purbanya, di Kawasan Gunung Nglanggeran juga masih banyak dijumpai flora dan fauna langka, seperti kera ekor panjang dan tanaman tremas (tanaman obat yang hanya hidup dikawasan ekowisata Gunung Api Purba). Tidak hanya itu, di sekitar Gunung Nglanggeran juga masih terdapat berbagai kegiatan seni dan budaya lokal, seperti bedol desa, kroncongan, dan lain sebagainya. 

Dengan adanya potensi-potensi tersebut, masyarakat Nglanggeran berupaya bersama-sama untuk mengembangkannya menjadi suatu daya tarik wisata sebagai cikal-bakal pengembangan desa wisata. Upaya tersebut dilakukan sejak tahun 1999 yang diawali dengan reboisasi untuk penghijauan kembali hutan Gunung Nglanggeran. Seiring berjalannya waktu, desa wisata Nglanggeran tersebut berkembang sangat pesat. Terlebih lagi, kini desa wisata tersebut telah memberikan dampaknya bagi masyarakat luas di Desa Nglanggeran. Berikut adalah dampak positif secara sosial dan lingkungan yang berhasil dicapai oleh desa wisata Nglanggeran: 
1.    Tidak terjadi lagi eksploitasi alam secara langsung, karena ada lapangan pekerjaan baru.
2.    Kesadaran terhadap lingkungan semakin meningkat, baik bagi masyarakat sekitar maupun wisatawan yang datang.
3.    Tersalurkannya kearifan lokal dan budaya masyarakat, sehingga kehidupan bermasyarakat semakin harmonis.
4.  Muncul kelompok-kelompok masyarakat berkegiatan ekonomi produktif dan mendukung ekowisata, seperti kelompok pedagang, warung makan, pemandu wisata, penginapan (homestay), dan lain sebagainya. 

Tidak hanya itu, desa wisata Nglanggeran juga berhasil memberikan dampak peningkatan ekonomi bagi masyarakat. Adapun dampak ekonominya dapat dilihat dari gambar berikut ini:

Dengan demikian maka melalui pengembangan desa wisata, lingkungan alam dan budaya setempat akan terjaga kelestarian dan kualitasnya. Pun pada saat yang bersamaan, kondisi ekonomi masyarakat juga akan meningkat. Kondisi kerekatan masyarakat secara sosial juga akan semakin menguat. Mengingat mereka juga saling terlibat secara aktif untuk bekerja sama di dalam mengembangkan desa wisata.  

Guna lebih memahami tentang desa wisata ini, pembahasan berikutnya akan dijelaskan mengenai jenis-jenis desa wisata. Untuk itu diharapkan kawan desa tetap mengikuti alur pembahasan di materi selanjutnya. Namun sebelum pembahasan pada materi ini berakhir, silahkan kawan desa diskusikan secara bersama di kolom komentar mengenai hasil identifikasi yang telah kamu lakukan terhadap potensi daya tarik wisata yang ada di desamu!

Referensi

Soekarya, T. (2011). Peningkatan Ekonomi Kerakyatan Melalui Pengembangan Desa Wisata. Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
Kelompok Sadar Wisata Nglanggeran. (2016). Profil Desa Wisata Nglanggeran. Yogyakarta: Penulis.

  • BY: Mohammad Reza Latief
    4 years ago

    Desa Nain

    Banyak sekali potensi di desa nain di antaranya pasir putih yg berada di dekat pulau serta bukit tinggi yg memiliki pemandangan yg sangat indah dapat menjadi destinasi wisata yg mampu memberikan pengembangan terhadap desa. Selain itu budaya serta keadaan masyarakat yg sangat terbuka dapat memberikan kenyamanan tersendiri bagi para pengunjungnya. Namun kami juga mendapati terdapat masalah yg mungkin harus mendapatkan perhatian lebih diantarannya : 1. Akses pembuangan sampah yg sangat terbatas (harus melewati antar pulau). Sehingga bisa kita temukan banyak sampah berserakan. 2. Keterbatasan listrik yg masih belum bisa di akses selama 24 jam. 3. Meyakinkan masyarakat agar mau menerima perubahan. Mohon bisa dibtanggapi dan memberikan pencerahannya

  • BY: baskara
    4 years ago

    Desa Wisata

    Ulasan yang menarik

Hubungi Kami