Selayaknya pepatah yang mengatakan “tak kenal maka tak sayang”, maka dalam membuat gerakan perubahan di masyarakat pun tidaklah berbeda. Mungkin masyarakat memang telah mengenal Kawan Desa sebagai bagian dari mereka, tetapi apakah mereka juga sayang sama kamu sehingga apa yang kamu lakukan akan diterima dan diamini oleh mereka? Sebut saja misalnya ketika kamu ingin membuat acara di desa kamu untuk memperingati hari kemerdekaan, apakah masyarakat antusias ketika kamu mengusulkan perihal acara tersebut? Ataukah bahkan mereka justru tidak menganggap usulan itu? Kejadian seperti ini sangat sering terjadi di masyarakat, bahkan penulis pun pernah merasakannya. Lalu apa yang semestinya kita lakukan sebelum menyatakan usulan tersebut? Jawabannya adalah kita harus membaur terlebih dahulu dengan masyarakat. Sehingga masyarakat tidak hanya mengenal kita, tetapi juga sayang sama kita.

Proses membaur ini kiranya harus dimulai terlebih dahulu dengan memahami secara benar karakteristik masyarakat di wilayah kamu. Kawan desa harus mengetahui terlebih dahulu hal-hal apa sajakah yang biasanya disukai dan tidak disukai oleh masyarakat. Sebagai contoh, bagi masyarakat di wilayah pedesaan, kegiatan gotong royong masih sering dilakukan. Ketika ada warga yang akan mengadakan hajatan pernikahan misalnya, maka warga yang lain akan membantunya, mulai dari mendirikan tenda, memasak, dan lain sebagainya. Bantuan tersebut juga sangatlah beragam, mulai dari tenaga, uang atau barang (materiil), bahkan hanya sekedar meluangkan waktu untuk datang menyaksikan. Akan tetapi kegiatan gotong royong seperti itu tidaklah sama dengan yang ada di wilayah perkotaan. Bagi masyarakat perkotaan, kegiatan hajatan pernikahan biasanya hanya cukup dengan mengandalkan Wedding Organizer yang telah dibayar untuk mengurus keseluruhan acara. Masyarakat sekitar biasanya hanya datang ketika acara tersebut dilaksanakan.

Namun perlu ditegaskan di sini bahwa contoh kasus tersebut bukanlah ditujukan untuk menyatakan masyarakat di wilayah mana yang benar dan yang salah. Tetapi penulis hanya ingin menyampaikan saja, bahwa karakteristik di tiap wilayah itu memiliki perbedaannya masing-masing. Untuk itu menjadi penting bagi kawan desa agar senantiasa memahami terlebih dahulu karakteristik masyarakat di tempat kamu berada, karena sedikit banyak juga akan memengaruhi ketika kamu akan menginisiasi suatu gerakan perubahan.

Setelah Kawan Desa berhasil memahami karakteristik masyarakat tersebut, maka langkah selanjutnya adalah dengan ikut terlibat secara aktif di dalam setiap kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat. Masih dalam contoh kasus yang sama, apabila karakteristik masyarakat di wilayah kamu seiring melakukan kegiatan gotong royong, maka kawan desa harus mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut. Hal ini akan berfungsi untuk membangun modal sosial kamu dengan masyarakat. Sehingga kemudian akan muncul sikap resiprositas atau hubungan timbal-balik yang terjalin di antara kamu dengan masyarakat. Apabila hubungan ini terjalin secara baik, maka ketika kawan desa menginisiasi suatu gerakan perubahan, maka gerakan tersebut akan jauh lebih mudah untuk dilaksanakan dan tentunya akan didukung oleh masyarakat.

Langkah berikutnya adalah dengan mengusulkan inisiasi gerakan perubahan tersebut melalui forum-forum kemasyarakatan yang sifatnya informal. Bukan berarti forum formal di masyarakat itu tidaklah penting, hanya saja Kawan Desa harus memprioritaskan pemanfaatan forum informal yang ada. Mengapa demikian? Karena melalui forum informal tersebut Kawan Desa dapat secara leluasa menyampaikan usulan dan masyarakat yang ada di forum tersebut juga memiliki kebebasan untuk mengemukakan pendapatnya. Oleh karena kebebasan dan keleluasan inilah ide-ide baru akan muncul menjadi jauh lebih efektif. Mengingat juga tidak semua masyarakat bisa mendapatkan akses untuk ikut terlibat di dalam forum-forum formal. Forum-forum informal yang dimaksud di sini bisa dalam bentuk kegiatan ronda, kegiatan pengajian, kerja bakti, dan lain sebagainya.

Setelah kawan desa melaksanakan ketiga langkah tersebut dan sudah mulai merasa bahwa kamu sudah “disayangi” oleh masyarakat, maka langkah selanjutnya adalah dengan membentuk suatu gerakan perubahan. Ingat, gerakan perubahan ini haruslah melibatkan seluruh pihak atau elemen masyarakat yang ada di tempat kamu. Kawan Desa juga harus bisa memberikan keleluasaan kepada mereka untuk bisa aktif dan kreatif sesuai kapasitasnya masing-masing. Dalam hal ini, partisipasi dan motivasi dari setiap masyarakat merupakan faktor utama dari keberlangsungan gerakan perubahan. Setelah dirasa siap untuk melakukan gerakan, maka kemudian kawan desa harus membentuk sebuah lembaga atau organisasi yang bisa mengawal gerakan itu sendiri. Dengan langkah-langkah ini maka akan sangat dimungkinkan kawan desa dapat berhasil di dalam melaksanakan gerakan perubahan itu.

Seperti biasa, sebelum materi ini berakhir, silakan kawan desa diskusikan pada kolom komentar di bawah ini terkait bagaimana karakteristik masyarakat yang ada di wilayah kamu. Kemudian untuk materi selanjutnya, akan diberikan penjelasan mengenai pentingnya mengorganisasikan masyarakat dalam kaitannya dengan gerakan perubahan. Semoga materi ini dapat bermanfaat dan sampai jumpa lagi di materi selanjutnya!

Studi Kasus

Ketika memulai suatu gerakan perubahan di Sukunan, Iswantoro (salah satu perintis Desa Wisata “Lingkungan” Sukunan) bersama dengan beberapa rekannya melakukan beberapa treatment untuk mengidentifikasi karakteristik masyarakat tersebut. Salah satunya adalah dengan cara mengamati secara langsung terhadap berbagai kegiatan yang ada di masyarakat. Hasil identifikasi pun menyatakan bahwa karakteristik masyarakat Sukunan memiliki struktur masyarakat komunal yang sarat dengan kegiatan gotong royong dan guyub. Setelah Iswantoro berhasil memahami karakteristik tersebut, maka ia bersama beberapa rekannya mulai berani untuk masuk ke masyarakat untuk ikut terlibat secara aktif di dalam setiap kegiatan kemasyarakatannya.

Seiring berjalannya waktu, mereka pun mulai dekat dengan masyarakat. Modal sosial dan hubungan timbal-balik pun sudah mulai terjalin di antara mereka. Hingga pada akhirnya Iswantoro dan kawan-kawan mulai berani menggunakan forum-forum internal yang ada di masyarakat sebagai media untuk berdiskusi. Salah satu topik diskusi tersebut pun membahas terkait persoalan sampah yang seringkali menimbulkan banyak masalah di lingkungan Sukunan. Iswantoro dan kawan-kawan memulainya dengan menjelaskan terkait bahaya dari sampah itu sendiri. Setelah masyarakat mulai paham dengan bahaya dari sampah tersebut, kemudian Iswantoro dan kawan-kawan mulai menjelaskan terkait bagaimana perlakuan yang tepat untuk persoalan sampah.

Perlahan namun pasti, mereka pun berhasil menyamakan persepsi masyarakat dari yang awalnya “membakar dan membuang sampah” menjadi “mengelola, mengolah,  dan memanfaatkan sampah”. Pada akhirnya, masyarakat pun sepakat untuk bergerak bersama dan membentuk suatu Tim Pengelola Sampah Mandiri Sukunan demi terciptanya lingkungan Sukunan yang bersih dan sehat. Dengan kata lain, Iswantoro dan kawan-kawan telah berhasil menginisiasi suatu gerakan perubahan di masyarakat Sukunan.

Hubungi Kami