Materi ini akan berusaha untuk menjelaskan secara mendalam terkait cara-cara di dalam menjaga keberlanjutan dari suatu gerakan perubahan. Sehingga kawan desa juga bisa lebih mudah di dalam memahami dan menerapkannya di kemudian hari ketika mengawali proses perubahan di masyarakat yang tidak hanya berhasil menginisiasi atau membentuk saja, melainkan juga menjalankannya secara berkeberlanjutan. Sama halnya dengan materi-materi sebelumnya, pembahasan ini juga merupakan hasil refleksi dari keberhasilan Desa Sukunan di dalam menjalankan gerakan perubahannya. Adapun cara-cara yang sekiranya dapat membantu kawan desa di dalam menjaga keberlanjutan gerakan perubahannya adalah sebagai berikut:

1. Pengelolaan dan pelembagaan sumber daya manusia

Kiranya jelas apabila di dalam mewujudkan suatu gerakan perubahan haruslah terdapat suatu kelompok, lembaga, atau organisasi pengelolanya. Oleh sebab itu, maka kawan desa juga harus membentuk suatu lembaga yang dapat merealisasikan gerakan perubahan tersebut. Kelompok, lembaga, atau organisasi yang dimaksud juga haruslah disesuaikan dengan kebutuhan gerakan perubahan itu sendiri. Seperti misalnya, oleh karena visi gerakan perubahan di Desa Wisata Sukunan adalah untuk mewujudkan lingkungan yang sehat dan bersih dari sampah, maka  kelompok, lembaga, atau organisasi yang dibentuk pun dinamakan sebagai Tim Pengelola Sampah Mandiri Sukunan. Dengan adanya tim tersebut, semua hal yang berkaitan dengan upaya perwujudan lingkungan yang sehat dan bersih melalui pengelolaan serta pemanfaatan sampah ini seluruhnya dijalankan dan dikelola oleh tim ini. Fungsi dari tim ini pun tentunya tidak hanya pada saat fase awal saja, namun juga akan secara berkelanjutan untuk mengelola, melaksanakan, dan mengawasi gerakan perubahan tersebut di masa-masa selanjutnya.

2. Peningkatan sumber daya manusia

Setelah lembaga, organisasi, atau kelompok pengelola gerakan perubahan tersebut dibentuk, maka yang perlu dilakukan adalah dengan mengadakan kegiatan bersama yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pengetahuan dan keterampilan masyarakat di dalam mewujudkan visi dari gerakan tersebut. Masyarakat yang dimaksud di sini juga tidaklah berarti harus secara keseluruhan, melainkan bisa terdiri dari beberapa unsur masyarakat yang berkepentingan saja, misalnya kelompok pemuda atau Karang Taruna, tokoh masyarakat, PKK, dan lain-lain. Kegiatan tersebut salah satunya dapat berupa penyuluhan dan sosialisasi mengenai materi yang relevan dengan visi gerakan. Pun biasanya dilakukan melalui kerja sama dengan berbagai institusi terkait, bisa dari pemerintah, LSM, swasta, maupun perguruan tinggi.

3. Membangun jejaring dan identitas digital

Pasca pembentukan kelompok, lembaga, atau organisasi pengelola tersebut, kiranya gerakan perubahan yang sedang dijalankan juga harus membangun jaringan dengan pihak lainnya. Pihak-pihak yang dimaksud di sini bisa berarti kelompok, lembaga, komunitas, dan atau organisasi kemasyarakatan yang memiliki concern atau fokus di bidang yang sama; pemerintah; swasta; LSM, dan; akademisi perguruan tinggi. Membangun jejaring ini menjadi penting oleh karena dapat menjamin keberlangsungan gerakan perubahan itu sendiri. Pun ditambah lagi dengan membangun identitas digital, seperti website, facebook fanpage, dan lain sebagainya agar dapat semakin menunjang keberlanjutan gerakan perubahan tersebut.

Perlu diketahui juga bahwasanya di dalam menjalankan suatu gerakan perubahan, ketiga cara tersebut juga tidaklah selalu dilaksanakan sebagaimana tertulis. Terkadang juga ada pengurangan dan penambahan dari cara-cara yang telah dijelaskan di atas. Oleh karena itu, penting bagi kawan desa untuk memahami terlebih dahulu situasi dan kondisi di desa kamu. Situasi dan kondisi yang dimaksud ialah keadaan masyarakatnya, lingkungannya, budayanya, aksesibilitasnya, dan lain sebagainya. Sehingga ketika menerapkan cara-cara tersebut, kawan desa dapat menjalankannya dengan tetap meminimalisasi kendala yang mungkin muncul.

Sebelum materi ini berakhir, silakan diskusikan pada kolom komentar di bawah ini mengenai rencana kawan desa di dalam peningkatan sumber daya manusia yang mengelola dan menjalankan secara langsung gerakan perubahan tersebut. Sehingga harapannya, melalui diskusi tersebut, kawan desa juga dapat saling berbagi ide, gagasan, dan pendapat perihal pelaksanaan suatu gerakan perubahan di lingkungan masyarakat kamu masing-masing. Untuk materi selanjutnya, akan disajikan pembahasan mengenai pentingnya membangun jaringan melalui kolaborasi dengan berbagai pihak yang relevan. Sampai jumpa lagi di materi selanjutnya!

Studi Kasus

Berikut di bawah ini adalah beberapa penjelasan terkait bagaimana masyarakat Sukunan berhasil membentuk suatu gerakan perubahan di masyarakat, sehingga kini telah sukses menjadi Desa Wisata “Lingkungan” yang banyak dicontoh oleh desa-desa lainnya.

1. Proses membangun visi bersama yang dilakukan di Sukunan diawali dengan penyamaan persepsi di antara masyarakat. Penyamaan persepsi ini berangkat dari latar belakang masalah yang sering kali dihadapi oleh masyarakat, yakni permasalahan sampah. Proses ini memakan waktu yang cukup lama, hingga pada akhirnya masyarakat berhasil memiliki persepsi yang sama terkait bahaya dari sampah dan memutuskan untuk bertindak mengolah serta memanfaatkan sampah tersebut. Dengan penyamaan persepsi ini, kemudian terbangunlah visi bersama yang berbunyi “mewujudkan gerakan perubahan untuk lingkungan Sukunan yang bersih dan sehat”.

2. Setelah visi bersama dibangun, masyarakat Sukunan kemudian membentuk suatu organisasi atau kelompok yang mengelola gerakan perubahan tersebut. Organisasi tersebut dinamakan sebagai Tim Pengelola Sampah Mandiri Sukunan. Tim ini juga terdiri dari berbagai elemen masyarakat, mulai dari kelompok remaja, kelompok pemuda, para aparatur desa, dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya.

3. Melalui Tim Pengelola Sampah Mandiri Sukunan ini kemudian disusunlah misi dan rencana aksi lanjutannya. Salah satu misinya adalah mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos. Berikut adalah salah satu contoh dari aksi lanjutannya: pembuatan pupuk kompos ini dilakukan di setiap rumah tangga. Prosesnya pun terbilang sangat mudah, murah, dan bermanfaat. Sampah organik tersebut kemudian dibedakan menjadi dua macam, yaitu sampah dapur dan sampah pekarangan. Sampah dapur diolah secara mandiri oleh rumah tangga masing-masing di rumahnya. Sedangkan sampah pekarangan seperti dedaunan kering dikumpulkan terlebih dahulu pada bak besar yang ada di setiap RT untuk kemudian diolah menjadi pupuk kompos. Hasil pengolahan pupuk kompos pun ada yang dipakai sendiri dan ada pula yang dijual.

4. Adapun jejaring yang dimiliki oleh Desa Wisata “Lingkungan” Sukunan adalah sebagai berikut:

a. Akademisi: Salah satu bentuk kolaborasinya adalah dengan bekerja sama dengan banyak perguruan tinggi yang ada di Yogyakarta (salah satunya ialah Universitas Gadjah Mada) dalam hal pengkapasitasan sumber daya manusia melalui kegiatan penyuluhan, sosialisasi, dan pendampingan serta penelitian untuk mengidentifikasi masalah, potensi, dan peluang usaha yang ada di Sukunan.

b. Bisnis: Salah satu bentuk kolaborasinya adalah dengan bekerja sama dengan koperasi desa dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Banyuraden dalam hal pemasaran produk hasil olahan sampah.

c. Komunitas: Salah satu bentuk kolaborasinya adalah dengan bekerja sama dengan Komunitas Kawan Desa di bawah naungan Akademi Kewirausahaan Sosial (AKM) Creative Hub, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman seputar pengembangan desa wisata.

d. Pemerintah: Salah satu bentuk kolaborasinya adalah dengan melibatkan unsur aparatur desa di dalam keseluruhan proses pengelolaan sampah mandiri Sukunan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi.

e. Media: Salah satu bentuk kolaborasinya adalah dengan melaksanakan liputan pemberitaan yang telah beberapa kali diterbitkan oleh banyak media massa, mulai dari media cetak hingga media daring (salah duanya adalah Koran Kedaulatan Rakyat dan Kumparan.com).

Hubungi Kami