Ragam Dimensi Pemberdayaan Masyarakat

Selama ini mungkin teman-teman sering mendengar istilah pemberdayaan masyarakat. Istilah tersebut sering digunakan oleh berbagai pihak untuk menangani masalah kemiskinan. Sebelum itu, apakah teman-teman tahu bahwa pemberdayaan masyarakat telah digunakan selama puluhan tahun dan terus mengalami transformasi bentuk?

Secara umum pemberdayaan masyarakat didefinisikan sebagai upaya meningkatkan dan mengembangkan kapasitas masyarakat, melalui teknik fasilitasi agar masyarakat mampu memanfaatkan secara optimal potensi-potensi, untuk mencapai kesejahteraan (Parsons, 1991).

Untuk memahami lebih lanjut tentang pemberdayaan, kita dapat melihat apa saja dimensi pemberdayaan masyarakat menurut Judith Lee (2001). Pertama, mengembangkan aspek positif dan potensi diri yang dimiliki. Kedua, membangun pemahaman/pengetahuan serta kapasitas secara kritis dan komprehensif tentang kondisi sosial, politik, dan lingkungan di suatu wilayah. Ketiga Pengembangan sumber daya dan strategi, serta kemampuan fungsional untuk mencapai tujuan kolektif.

Untuk lebih jelas lagi, dari Overseas Development Institute (2009) menjelaskan secara umum terdapat empat dimensi pemberdayaan.

Pertama pemberdayaan ekonomi. Proses ini bertujuan untuk meningkatkan keahlian, kapasitas, dan sumber daya seseorang untuk mendapatkan akses hak dasar ekonomi yang berkelanjutan. Oleh karena itu, pendekatan yang digunakan adalah memperkuat akses terhadap aset dan sumber daya.

Kedua, Pemberdayaan sumber daya manusia dan sosial. Pemberdayaan ini dapat dikatakan multidimensi karena menjadi proses membantu sekelompok orang untuk mendapatkan kontrol terhadap kehidupannya.  Pemberdayaan ini merupakan proses untuk mengembangkan kekuasaan yang membutuhkan kapasitas masyarakat. Tujuannya adalah agar kelompok masyarakat mampu mengambil keputusan terhadap berbagai hal penting yang mempengaruhi kehidupan mereka (Page & Czuba, 1999).

Ketiga, Pemberdayaan politik. Pemberdayaan ini berkaitan dengan pengembangan kapasitas masyarakat agar mampu melakukan analisis, mengorganisasi, dan memobilisasi diri dan kelompoknya. Hasilnya adalah gerakan kolektif yang dibutuhkan untuk membuat perubahan. Hal ini sering kali berkaitan dengan right-based approach atau pendekatan berbasis hak dalam proses pemberdayaan karena masyarakat memobilisasi diri untuk akses hak dasar mereka (Piron &Watkins, 2004).

Keempat, Pemberdayaan kebudayaan. Hal ini didefinisikan sebagai redefinisi atau mendefinisikan ulang bagaimana aturan dan norma yang ada di masyarakat diimplementasikan.

Dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat kelompok nelayan, kelompok nelayan diberikan peningkatan kapasitas mulai dari aspek kritis terhadap kondisi sosial ekonomi yang masih miskin.

Selanjutnya diberikan peningkatan kapasitas sehingga kelompok nelayan mampu memahami latar belakang masalah kemiskinan yang turun temurun dan mau memobilisasi diri dan kelompoknya untuk mengembangkan kegiatan ekonomi bersama.

Selanjutnya terdapat dimensi ekonomi pengembangan wirausaha sosial berbasis pengolahan ikan hasil nelayan untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi.

Berbagai dimensi dan pendekatan dalam proses pemberdayaan tersebut berhubungan langsung dengan kewirausahaan sosial yang akan dilakukan oleh kawan desa. Kalau menurut kamu, dimensi mana yang berhubungan langsung dengan usaha sosialmu?

Referensi

Lee, Judith, (2001), The Empowerment Approach to Social Work Practice Building the Beloved Community. New York: Columbia University Press.

Page, dan Czuba, (1999), ‘Empowerment: What is it?’ Journal of Extension 37 (5): 1-6.

Piron, dan Watkins, (2001), ‘DFID Human Rights Review: A Review of How DFID has Integrated Human Rights into its Work’. Report for DFID.

Hubungi Kami