Pentingnya Menggunakan Metode Participatory Rural Appraisal untuk Bisnis Sosial

Ketika kawan desa akan membuat atau menjalankan suatu usaha sosial, maka diperlukan penyusunan dan pendayagunaan profil desa terlebih dahulu untuk mengidentifikasi masalah, potensi, dan peluang di desa kamu. Pertanyaannya kemudian ialah mengapa banyak usaha sosial yang tidak mampu berjalan dengan lancar dan berkelanjutan padahal ide dan solusinya sudah sangat bagus? Salah satu jawabannya ialah karena usaha sosial tersebut tidak berangkat dari kebutuhan untuk menjawab permasalahan yang ada dan kurang memanfaatkan potensi serta peluang pengembangan usaha sebab ketidaktahuannya pelaku usaha tersebut.

Oleh karena itu, pada materi ini akan disampaikan penjelasan mengenai alasan mengapa kawan desa dituntut untuk melakukan pemetaan sosial secara komprehensif terlebih dahulu sebelum memulai berwirausaha. Sebenarnya telah banyak sekali metode-metode yang digunakan untuk melaksanakan pemetaan sosial. Namun pada materi ini, kami akan memberikan pembahasan pemetaan sosial tersebut dengan berangkat dari metode Participatory Rural Appraisal (PRA) yang mana merupakan metode termutakhir serta hasil pengembangan dari metode sebelumnya, yakni Rapid Rural Appraisal (RRA) (Chambers & Conway, 1992).

Secara umum, pelibatan masyarakat akar rumput dalam penilaian bertujuan untuk mengumpulkan data mengenai kondisi masyarakat setempat, yang mana di dalamnya terdapat potensi dan peluang pengembangan usaha serta masalah sosial yang sedang dihadapi. Dalam pengumpulan data, metode ini mengharuskan adanya keterlibatan unsur masyarakat lokal dalam pelaksanaannya. Harapannya, dari pelaksanaan tersebut juga akan membantu masyarakat untuk berbagi pengalaman dan pengetahuannya untuk memenuhi kebutuhannya mulai dari tahapan perencanaan kegiatan atau program, implementasi, monitoring, hingga evaluasi.

Dalam proses penilaian kondisi sosial, ekonomi, budaya, dan politik di desa, sangatlah dibutuhkan peran fasilitator sebagai katalisator. Fasilitator ini hendaknya berasal dari luar masyarakat tersebut agar studi pemetaan sosialnya menjadi objektif. Dalam hal ini, kawan desa yang merupakan inisiator wirausaha sosial juga dapat menjadi fasilitator dalam proses ini.

Pada sisi lain, terdapat beberapa manfaat dari proses participatory rural appraisal ini yang akan didapatkan oleh masyarakat dan membantu usaha sosial yang akan dikembangkan oleh kawan desa (FAO, 1997), antara lain:

1. Mampu mengidentifikasi prioritas kelompok sasaran.

Metode pemetaan dengan PRA akan mampu menemukan dan menyusun prioritas kelompok yang paling membutuhkan pendampingan serta menemukan prioritas sumber daya yang dapat dikembangkan.

2. Pembagian pengelolaan dan tanggung jawab.

Kondisi kemandirian masyarakat merupakan tujuan dari pemetaan sosial ini. Proses pemetaan yang melibatkan masyarakat secara langsung harapannya akan meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab masyarakat setempat untuk melakukan pengembangan diri. Kegiatan pemetaan akan menunjukkan keuntungan dari keterlibatan masyarakat secara langsung, sehingga dapat memotivasi mereka untuk ikut andil di dalamnya.

3. Motivasi dan mobilisasi tenaga kerja lokal.

Dalam proses pemetaan, organisasi dan pemerintah lokal juga perlu dilibatkan. Sehingga muncul motivasi untuk melakukan mobilisasi dan pengembangan program yang sesuai dengan konteks masyarakat setempat. Hal ini juga bertujuan untuk menyamakan persepsi antar pihak yang terlibat di dalamnya.

4. Membentuk hubungan yang lebih baik antara komunitas dengan lembaga yang melakukan pembangunan.

Metode PRA akan memungkinkan menemukan berbagai kelembagaan yang dapat membantu masyarakat lokal di dalam mengembangkan sumber dayanya. Sehingga selain mampu menemukan potensi, pun hubungan antara masyarakat dengan organisasi lokal lainnya juga akan terjalin dengan baik.

5. Mengembangkan sumber daya lokal.

Dalam proses ini akan diketahui berbagai potensi, baik itu yang berasal dari alam, ekonomi, sosial, budaya, dan yang lainnya. Berbagai potensi yang telah ada tersebut kemudian dapat dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan wirausaha sosial. Sehingga juga dapat meringankan kegiatan wirausaha sosial karena bisa hanya mengembangkan potensi saja, tanpa harus membuat kegiatan yang benar-benar baru. 

6. Membangun kegiatan pembangunan yang berkelanjutan.

Masyarakat setempat menjadi subjek aktif, mulai dari proses pemetaan menggunakan metode PRA hingga proses berwirausaha sosial yang memberdayakan. Selanjutnya, peran dari pihak luar adalah membantu dan mendukung dari sisi teknik, lingkungan, dan pengembangan kelembagaan masyarakat lokal. Sehingga akan terwujud pengembangan masyarakat yang berkelanjutan.

Berangkat dari paparan materi di atas, kira-kira masalah, potensi, dan peluang pengembangan usaha apakah yang ada di sekitar kamu? Silahkan kamu jawab pertanyaan ini di kolom komentar. Kemudian pada materi berikutnya, akan diberikan penjelasan mengenai prinsip-prinsip dalam melakukan participatory rural appraisal. Sampai jumpa kembali di materi selanjutnya!

Studi Kasus

Ani ingin mengembangkan wirausaha sosial di desanya karena dia melihat banyak masyarakat yang masuk kategori miskin. Selanjutnya sebelum memulai usaha sosial, dia melakukan pemetaan sosial bersama teman sebayanya. Hasil dari pemetaan itu, mereka menemukan potensinya, yaitu adanya sumber mata air yang cukup besar dan masyarakat yang memiliki kolam ikan di rumah masing-masing.

Setelah mengetahui potensi dan manfaat yang akan didapatkan, Ani, teman-temannya, dan masyarakat desa mengetahui bahwa rencana pengembangan usaha sosial dengan sektor perikanan akan memberikan dampak ekonomi bagi mereka. Sehingga mereka pun memiliki motivasi untuk mengembangkan usaha dan membagi tanggung jawab serta peran masing-masing dalam pengembangan usaha sosial tersebut. Usaha sosial tersebut pun memiliki harapan untuk berkelanjutan karena dalam proses pemetaan telah melibatkan masyarakat dan telah memiliki potensi usaha yang dapat ditingkatkan.

Referensi

Food and Agriculture Organization, (1997), The state the world’s forests, United Kingdom: Words and Publications.

Chambers, R. and Conway, R., (1992), Sustainable rural livelihoods: Practical concepts for the 21st century. IDS discussion paper, No. 296. pp.127-130.

Hubungi Kami