Memahami Konsep Dasar Akuntansi

Halo Kawan Desa! Salam berwirausaha untuk kita semua. Sebelumnya, kawan desa telah mengenal apa itu akuntansi. Sebagai pengingat, akuntansi dijadikan sebagai bahasa bisnis, karena tujuan utama dari akuntansi adalah mengomunikasikan informasi keuangan yang berguna bagi pengambil keputusan. Untuk memahami bahasa bisnis, kawan desa harus paham konsep dasar terlebih dahulu. Pada bagian ini, kawan desa akan belajar konsep-konsep yang harus dipahami untuk menerapkan akuntansi.

Kawan desa tentu ingat apa saja aktivitas utama dalam akuntansi? Tentu saja, terdapat tiga aktivitas utama yaitu identifikasi, pencatatan, dan pengomunikasian. Tugas sebagai seorang akuntan adalah melakukan tiga aktivitas tersebut dan mengonversi menjadi informasi yang berguna bagi pengguna informasi akuntansi. Masih ingat siapa saja pengguna informasi akuntansi? Pada bagian sebelumnya, pengguna informasi akuntansi diklasifikasikan menjadi internal perusahaan (usaha kawan desa) dan eksternal perusahaan.

Misal, kawan desa melihat ada dua orang yang sedang berbincang-bincang. Satu berasal dari Jawa dan satu lagi berasal dari Bali. Kemudian mereka berbicara menggunakan bahasa daerah masing-masing. Kira-kira apa yang akan terjadi? Apakah mereka akan mengerti apa yang disampaikan satu sama lain? Begitu pula dengan akuntansi, karena akuntansi dijadikan sebagai bahasa bisnis, bahasa untuk mengomunikasikan kondisi keuangan bisnis. Oleh sebab itu akuntansi memiliki konsep dasar untuk menyatukan pemikiran pengguna informasi akuntansi dalam satu bahasa agar tidak terjadi salah interpretasi.

Akuntansi memiliki empat asumsi dasar dan tiga prinsip dasar. Asumsi dan konsep ini yang akan tetap sama saat digunakan meskipun pada praktiknya penerapan akuntansi bisa berbeda tergantung konteksnya. Pada bagian setelah ini kawan desa akan belajar lebih lanjut terkait konteks akuntansi. Kawan desa akan berfokus pada empat asumsi dasar dan tiga konsep akuntansi. Empat asumsi dasar yaitu kesatuan entitas usaha, kesatuan moneter, keberlanjutan usaha, dan periode waktu. Sementara tiga konsep dasar yaitu materialitas, konservatisme, dan konsistensi.

Empat asumsi dasar:

a. Kesatuan Entitas Usaha (Business Entity)

Entitas usaha adalah kekayaan yang dimiliki oleh suatu usaha (merujuk pada perusahaan). Kekayaan tersebut harus dipisahkan dengan kekayaan pemilik.

b. Kesatuan moneter (Monetary Unity)

Kesatuan moneter adalah bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan usaha dinilai dalam satuan mata uang (moneter). Akuntansi bertujuan memberikan informasi kuantitatif finansial. Nilai yang melekat pada suatu benda atau harta dinilai menggunakan satuan uang.

c. Keberlanjutan usaha (Going Concern)

Keberlanjutan usaha artinya apabila tidak ada bukti yang sebaliknya, perusahaan akan berlanjut sampai pada batas waktu yang tidak ditentukan. Jika bisnis dinyatakan, misalnya jual jus atau es buah di bulan puasa, maka bisnis ini tidak termasuk dalam going concern, karena sudah dipastikan setelah bulan puasa, usaha ini akan dihentikan.

d. Periode waktu (Time Periode)

Periode waktu sebenarnya merupakan akibat dari asumsi going concern. Akuntansi mencatat kejadian finansial yang telah berlalu namun memiliki informasi yang berguna untuk masa depan. Karena usaha atau bisnis yang dijalankan memiliki umur yang tidak terbatas, akuntansi dibagi ke dalam periode waktu. Periodisasi setiap usaha bisa berbeda-beda sesuai dengan kebijakan internal masing-masing perusahaan. Biasanya periode kalender usaha adalah satu tahun usaha.

Tiga konsep dasar:

1. Materialitas (Materiality)

Konsep materialitas menyatakan bahwa hal-hal kecil yang tidak berpengaruh signifikan untuk pengambilan keputusan tidak perlu dipermasalahkan. Tetapi jika hal kecil tersebut dapat berpengaruh dalam pengambilan keputusan, maka itu perlu untuk dipertimbangkan. Misalnya adalah utang, meskipun jumlahnya kecil namun utang adalah kewajiban yang harus dibayarkan kepada pemberi pinjaman, sehingga perlu diperhatikan.

2. Konservatisme (Conservatism)

Konsep ini memberikan rambu-rambu untuk berhati-hati dalam mencatat transaksi atau kejadian bisnis. Konsep konservatisme memberi aturan untuk akuntan agar berhati-hati dalam mengakui pendapatan sebelum ada kepastian yang menyatakan bahwa pendapatan tersebut adalah hak. Sementara itu, akuntan harus cepat-cepat mengakui kerugian jika sudah diketahui ada indikasi rugi.

3. Konsistensi (Consistency)

Konsistensi menghendaki akuntan untuk konsisten dengan kebijakan dan metode yang telah dipilih. Kebijakan dan metode berlaku untuk semua kejadian atau transaksi selanjutnya yang memiliki karakteristik sama.

Empat konsep dan tiga asumsi dasar yang telah disebutkan di atas menjadi pondasi dalam proses pencatatan. Untuk mempertajam asumsi dan konsep, kawan desa dapat melihat ilustrasi di bawah ini.

Ilustrasi

Pak Ahmad ingin membuka usaha minuman segar yang bersumber dari bahan rempah-rempah. Pak Ahmad memiliki uang kas sebesar Rp 100.000.000. Namun tidak semua uang tersebut dijadikan modal. Hanya 75% saja dari uang Pak Ahmad yang digunakan sebagai modal. Di sisi lain, Pak Ahmad memiliki peralatan seperi gelas, gerobak dan sebagainya yang berguna untuk mendukung operasi.

Dari ilustrasi di atas, berapa nilai asset untuk usaha Pak Ahmad?

  1. Pemisahan kekayaan pribadi dengan kekayaan usaha. Kas yang menjadi kekayaan usaha sebesar 75% dari kas yang dimiliki Pak Ahmad, yaitu sebesar Rp 75.000.000.
  2. Kesatuan moneter. Gelas, gerobak dan sebagainya harus dicatat sebesar nilai ekonominya. Sebut saja harga gelas @ Rp 20.000 x 50 gelas, gerobak Rp 5.000.000, dan sebagainya senilai Rp 2.000.000.

Aset usaha Pak Ahmad sebesar:

Kas                  : Rp 75.000.000

Gelas               : Rp   1.000.000

Gerobak          : Rp   5.000.000

Lain-lain         : Rp   2.000.000

Total aset        : Rp 83.000.000

 

Referensi

Sugiri, Slamet, and Bogat Agus Riyono. Akuntansi Pengantar 1. Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2012.

Weygandt, Jerry J, Paul D Kimmel, and Donald E Kieso. Accounting Principles. Hoboken, N.J: Wiley, 2016.

Wolk, Harry I, James L Dodd, and John J Rozycki. Accounting Theory. London: SAGE, 2017.

 

Keyword

Asumsi Akuntansi, Konsep Akuntansi, Akuntansi

Hubungi Kami